Dr. Soritua Sarumpaet, Pelaporan Obat-obatan Dokter Jelas dan Lengkap
Dr. Soritua Sarumpaet, SpPD FINASIM ( Ketua IDI Batam ) |
Berliannews.com- Batam | Kemungkinan adanya "dokter-dokter nakal" yang mau memainkan resep untuk obat-obatan keras ditepis oleh ketua IDI ( Ikatan Dokter Indonesia ) Batam, Dr. Soritua Sarumpaet. Menurut dokter spesialis penyakit dalam yang terkenal di Batam ini aturan terhadap resep sekarang semakin ketat dan tidak seperti dulu lagi. " Apalagi menyangkut obat-obatan keras seperti obat penenang dan sejenisnya, harus pakai formulir pemesanan dan dicek secara ketat oleh BPOM. Jadi mau nakalpun dokternya, susah mau bermain karena akan ditelusuri sampai ke Apotik dan Pasien. " demikian dokter yang masih terlihat segar dan awet muda ini menjawab.
Dr. Soritua tampak prihatin memang dengan kondisi peredaran Narkoba di Batam. Tapi menurutnya, hal tersebut sudah ada yang menangani dan tugas mereka lah untuk memberantas Narkoba. " tugas dokter kan dibagian medisnya yaitu mengobati." singkat dr. Saritua menjawab.
Dokter yang mengaku memiliki apotek ini ketika dikejar terkait volume obat-obatan keras yang berada di Batam secara general menjawab bahwa dirinya dan IDI tidak tahu mengenai masalah tersebut. " data tentang hal tersebut tentunya ada di BPOM. Mereka lebih tahu karena pengawasan mereka sekarang ketat sekali. " demikian pandangan Dr. Soritua.
Dikejar masalah Prekursor seperti Efhedrine yang baru-baru ini ditemukan di Depok dan diduga masuk dari jalur di Kepri, Dr. Soritua merasa prihatin sekali dengan kondisi peredaran Narkoba di Batam dan Kepri. " Dulu, kita boleh pakai obat dari Singapura atau Malaysia. Sekarang jangan coba- coba, izin praktek bisa dicabut kalau kedapatan menggunakan obat dari luar negeri. Jadi termasuk masalah Prekursor kita juga tidak berani main-main dengan ketatnya aturan sekarang. Lain kalau ada jalur belakang, tapi saya kan tidak tahu mengenai hal tersebut. Kemungkinan bisa saja ada." lanjut Dr. Soritua.
Sebelum usai pertemuan, Dr. Soritua menekankan bahwa pengawasan sekarang sangat ketat. Untuk bisa mendapatkan obat saja harus pakai surat pemesanan. Ujung-ujungnya, Soritua kembali lagi kepada BPOM. " Yang menentukan mana obat boleh beredar atau tidak kan mereka ( BPOM ). yang tahu berapa banyak yang beredar tentunya juga mereka. " demikian Dr. Soritua mengakhiri kepada Berliannews.com. ( Red )